Imam Al Ghazali dalam kitab Maarijul Qudsi fi Madariji Ma’rifatin Nafsi mengatakan sudah selayaknya orang yang berakal itu menjadikan Allah di setiap awal dan akhir pikirannya serta menjiwai setiap buah pikirnya.
Manusia dengan akalnya tersebut menjelalajahi area kerajaan dan ayat-tanda-tanda kekuasaan-Nya yang berserakan di alam raya. Termasuk diri manusia yang menjadi jejak paling nyata akan tajalli-Nya.
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Fusshilat: 53).
Imam Ghazali mengutip sabdanya, siapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhan-nya. Yang paling mengenal dirinya dia lah yang paling mengenal Tuhan-nya. Itu sebabnya banyak ayat yang menganjurkan manusia untuk mengenal dirinya.
وَفِى الْاَرْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَۙ وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ
Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Adz Dzariyat: 20-21).
Lalu apa manfaat dari mengenal diri selain dari yang utama yakni mengenal Tuhan-nya?
Upgrade dan Mengenal Potensi Diri

Namun bagaimana bisa dipergunakan sebaik-baiknya, jika kamu tidak mengenal potensi diri sendiri. Tentu mustahil untuk mengembangkan apalagi mendayagunakannya untuk kebaikan sesama. Bukankah manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi sesamanya? (Foto: FreePik)
Berprestasi dan Berbakti

Begitu pula untuk berbakti kepada orang tua, berbakti kepada bangsa, negara dan agama. Apa yang bisa dilakukan tentu tergantung pengenalan yang baik terhadap diri dan menyesuaikannya dengan kontribusi yang dibutuhkan. (Foto: FreePik)
Mengatasi Hambatan Diri

Dalam Islam paling tidak ada dua yang bisa menjadi hambatan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pertama ialah hawa nafsu atau dorongan biologis hewani manusia. kedua, bujuk rayu setan yang berselimut dalam diri. (Foto: FreePik)
Meningkatkan Performa Diri

Performa diri yang meningkat ialah dia yang selalu menyucikan diri, membersihkan jiwa dari kotoran qalbu dan penyakit hati serta merasakan kehadiran Allah dalam setiap langkahnya. (Foto: FreePik)
Baca juga: Cara Menyusun To Do List Skala Prioritas
Minat dan Bakat On The Track

Jangan sampai keengganan untuk mengenali minat dan bakat itu, membuat kesempatan baik menjadi hilang begitu saja. Di sinilah pentingnya mengenali diri bukan hanya secara lahiriah, tapi juga batiniahnya. (Foto: FreePik)
Beradaptasi di Era Global dan Digital

Daya adaptasi, ketahanan mental, kerja sama yang baik, komunikasi, serta kolaborasi menjadi kunci untuk menghadapi perubahan dan tantangan zaman. Itu semua diawali dengan mengenali diri dengan lebih baik. (Foto: FreePik)
Stay Connected and Positive Vibes

Yang paling dikhawatirkan ialah sengsara di dunia, menderita di akhirat. Padahal dalam Islam, konektivitas dengan Sang Maha Pencipta ialah untuk kesehatan ruhani sekaligus kebahagiaan manusia itu sendiri. Oelh sebab itu, meneliti diri dalam setiap jalan yang ditempuh menjadi kelaziman setiap manusia. (Foto: FreePik)