Fithri dan Fithrah

Di penghujung Ramadhan ada dua kata yang populer yaitu fithri dan fithrah

Akhlaq, banyak orang membincangkannya, banyak orang memprihatinkannya, namun tak banyak orang yang mengetahui bagaimana proses pembentukan akhlaq. Ada yang mengajarkan akhlaq dengan membacakan serentetan dalil ayat Qur’an dan Hadits yang berbicara tentang kelakuan-kelakuan baik.

Memang banyak orang jadi hapal dengan dalil-dalil itu tapi mengapa tidak juga berakhlaq baik. Selain dengan dalil ada juga yang menjelaskan akhlaq dengan menceritakan kisah-kisah seperti Malin Kundang dan Tangkuban Perahu. Tapi akhlaq tetap tertinggal di dunia legenda, tidak mewujud dalam perilaku di jalan raya atau kehidupan rumah tangga.

Fabel (kisah-kisah kehidupan binatang) juga membantu. Kisah kancil yang mencuri mentimun, atau kancil yang mempedayai buaya, dapat membangkitkan inspirasi betapa manusia sebenarnya dapat berbuat lebih baik daripada binatang. Tapi yang lebih tertangkap adalah kisah jenakanya daripada pesan moralnya. Jadi apa itu akhlaq, bagaimana proses terbentuknya akhlaq, apa yang perlu dilakukan untuk membangun akhlaq yang baik pada anak-anak kita?

Di penghujung Ramadhan ada dua kata yang populer yaitu fithri dan fithrah. Keduanya berasal dari kata fathara yang bermakna memecah (atau merekah, membuyar) lalu memunculkan. Gusi anak kecil yang sedang merekah lalu memunculkan gigi disebut gusi yang fathara. Begitu juga putik bunga yang sedang merekah lalu memunculkan kuntum bunga disebut sedang fathara.

Dalam makna memecah atau membuyarkan, fathara akan berubah menjadi fithrun yang sebagai mudhaf ilayh akan dibaca fithri, artinya adalah membuyarkan puasa atau mengakhiri puasa.

Idul Fithri artinya Hari Raya Mengakhiri Puasa. Koran-koran berbahasa Arab menyebutnya fast-breaking festive, festival seusai puasa. Di akhir Ramadhan pula kita tunaikan shadaqah (zakat) fithri yang artinya shadaqah atau zakat yang dibayarkan saat orang berbuka/mengakhiri berpuasa. Dalam sebuah hadits Nabi SAW berkata: “Puasa seseorang akan terkatung-katung antara langit dan bumi selama belum dibayarkan shadaqah fithri”. Di Indonesia kita lebih mengenalnya sebagai ‘zakat fitrah’.

Dalam makna memunculkan fathara (to originate) dapat berubah bentuk menjadi fithrah (originality) yang bermakna sifat orisinil atau sifat asli, yaitu sifat yang ada pada manusia sejak awal kemunculannya sejak dicipta oleh Allah SWT. Orang juga menyebut fithrah sebagai karakter dasar atau tabiat alami. Seiring dengan perjalanan waktu fithrah manusia dapat saja rusak dan tertindih oleh kepentingan-kepentingan hawa nafsu atau godaan setan.

Maka manusia perlu memunculkan kembali fithrahnya, antara lain dengan banyak berpuasa dan berdzikir. Di bulan Ramadhan umat Islam digembleng untuk dapat mengendalikan hawa nafsunya dan berlatih mempertahankan diri dari godaan setan. Di penghujung Ramadhan, saat Idul Fithri (hari raya mengakhiri puasa) diharapkan Fithrah (tabiat asli manusia) menjadi termurnikan lagi dari cemaran hawa nafsu dan bujukan setan. Itu sebabnya di sekitar Idul Fithri orang banyak memperbincangkan tentang fithrah.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi