LDTQN Ajukan Tema Ekonomi, Keluarga dan Kesehatan Lahir Batin saat FGD Bersama Dirjen Bimas Islam
Jakarta – Pembangunan nasional di bidang agama tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga dakwah di Indonesia. Salah satunya ialah Lembaga Dakwah TQN Pontren Suryalaya.
Sebagai tarekat yang berkembang pesat di nusantara, TQN Pontren Suryalaya punya track record panjang. Sejak pra kemerdekaan hingga kontribusinya mengisi peran pembangunan pasca kemerdekaan.
Dalam rangka pelaksanaan program dan anggaran yang berfokus pada prioritas program sesuai dengan visi dan misi serta sasaran pembangunan nasional bidang agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Islam Kemenag menggelar Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Persiapan Penyusunan Naskah Khutbah Jumat.

“Alhamdulillah LDTQN Pontren Suryalaya dapat memenuhi permohonan Dirjen Bimas Islam. Terima kasih Kang Drs. Asep Haerul Gani (Divisi Litbang LDTQN) dan Ustadz H. Handri Ramadian, SE, MM (Ketua LDTQN DKI Jakarta) berkenan hadir memenuhi permohonan tersebut. Mudah-mudahan sehat selalu dan acaranya di Hotel Morrissey Jakarta selama 3 hari berjalan lancar,” demikian ucap Ketua Umum LDTQN Pontren Suryalaya, Dr. Muhammad Kodir Ranasasmita, M.Si.

“Khutbah harus dinamis dan bisa mengimbangi masyarakat. Karena sejatinya masjid adalah pesantren raksasa yang dihadiri puluhan juta orang setiap Jum’at,” ucap mantan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI 2014-2020, Rabu (25/11/2020).
Dalam kesempatan itu, H. Handri Ramadian, SE, MM., Ketua LDTQN Pontren Suryalaya Prov. DKI Jakarta menyarankan agar khutbah Jumat bisa meningkatkan literasi umat agar berdaya dengan ekonomi syariah. Misalnya dengan menggaungkan wakaf produktif. Selain itu khutbah juga harus bisa menanggapi dan menjawab isu terhangat.

Acara diskusi panel tersebut membahas seputar isu-isu aktual keagamaan dan kebangsaan yang akan diisi oleh banyak narasumber. Di antaranya, Prof. Ahmad Najib Burhani Prof. Dr. Abd Mu’ti, Dr. Rumadi Ahmad, Asrori S. Karni, Prof. Nasaruddin Umar, Dr. Farid Saenong, KH. Cholil Nafis, Prof. Oman Fathurrahman, Prof. Adlin Sila, Dr. Muchlis Hanafi, serta dari ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah serta Perguruan Tinggi Islam PTIQ.