Spirit Fastabiqul Khairat dengan Wakaf

Al Qur’an memerintahkan umatnya untuk terus berlomba dalam berbuat kebajikan. “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. (Al Baqarah: 148)

Kebajikan itu bukan ditujukan untuk kepentingan Allah. Karena Dia Maha Kaya yang tidak membutuhkan apapun. Tetapi kebajikan itu justru untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Siapa yang melakukan kebajikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya (Az Zalzalah: 7).

Salah besar ketika manusia demi kepentingan dirinya, justru melakukan hal yang sebaliknya. Misalnya membuat kerusakan lingkungan dan melakukan aniaya terhadap sesama.

Dalam Islam banyak cara dan ruang untuk melakukan kebajikan. Kebajikan bisa dilakukan sesuai potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Salah satu amal kebajikan itu ialah wakaf. Ibadah yang satu ini memiliki ganjaran yang bersifat revolving. Artinya ganjaran kebaikan dan pahala yang diperolehnya akan mengalir terus menerus. Meski yang berwakaf sudah wafat, kebajikan itu akan terus mengalir bagi pelakunya.

Menyangkut hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda, “ketika manusia meninggal, terputus lah darinya amalnya kecuali tiga hal. Yakni kecuali sedekah jariah, atau ilmu yang dimanfaatkan (bermanfaat), atau anak saleh yang mendoakan baginya”. (HR. Muslim)

Imam Nawawi menerangkan bahwa yang dimaksud dengan amal jariah dalam hadis tersebut ialah wakaf. Hadis ini juga menjadi dasar bagi sahnya wakaf. Pahala wakaf juga sampai pada mayit sebagaimana doa dari anak yang saleh, sebagaimana disepakati oleh para ulama.

Bukan hanya itu, manfaat wakaf juga tetap bisa dirasakan khalayak umum dalam jangka waktu yang lama. Sehingga wajar, wakaf jadi salah satu instrumen yang bisa menjadi pilar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Demikianlah salah satu keistimewaan ibadah ini.

Kehidupan adalah anugerah yang harus disyukuri dengan melakukan berbagai kebajikan yang hasilnya berkelanjutan. Karena ketika sudah wafat, sesal pun tak berguna.